WORK

6 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MEREKRUT PEGAWAI

 

Kesibukan saya dua bulan terakhir ini membuat saya sedikit stres dan kelelahan. Sedih juga sih sebenernya dari bangun tidur sampai larut malam harus bekerja. Membuat desain, mencatat pesanan, membalas chat dari ratusan customer, memotong pola, belanja bahan, sampai proses produksi akhir-akhir ini saya kerjakan sendiri. Sebenernya yang bikin sedih itu jam bermain dengan anak jadi berkurang huhuhu. Padahal tujuan awal saya kepengen punya usaha sendiri dan bisa bekerja di rumah ya karena pengen punya banyak waktu bermain dengan anak. Nyatanya apa? Waktu 24 jam masih aja kurang. Hiks.

Makanya saya suka kesel sih kalau ada yang bilang kalau saya itu pengangguran, nggak jelas suka mondar mandir jalan-jalan, dan sebagainya. Padahal nggak taunyaaa kerjaan saya di rumah segunung. Society emang sucks. Suka menilai orang dari luarnya, nggak tau prosesnya seperti apa. Tapi yaudah nggak apa-apa. Semua orang bebas berasumsi kan ya?

Sebenernya saya sedang cari beberapa pegawai juga sih. Jujur aja saya mulai kewalahan karena ditinggal asisten menjahit yang sedang cuti hamil, sedangkan asisten yang satunya lagi masih sakit. Dulu punya beberapa penjahit, tapi sekarang (dan sebenernya udah agak lama sih) udah nggak kerja sama dengan mereka lagi. Alasannya sebenernya sepele tapi krusial (yaa berarti nggak sepele dong!! T.T). Mereka nggak bisa kerja tepat waktu sesuai deadline. Nah, kalau nggak bisa kerja tepat waktu kan ya gimana dong? Misalnya aja ngerjain suvenir pernikahan. Kalau nggak beres tepat waktu kan saya yang diamuk sama si pengantin. Mereka resepsi tanpa suvenir. Kalau minta ganti rugi padahal semua bahan udah dibeli, diproduksi, saya juga harus bayar mereka si pegawai yang nggak tepat waktu ini, kan saya yang rugi. Heuheuheu.  Masih banyak lagi lho pengalaman saya yang nggak mengenakkan dengan para pegawai. Maka dari itu saya bikin list deh hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merekrut pegawai sesuai kriteria saya pastinya.

Berbahasa yang Baik dan Sopan

Mengapa faktor berbahasa sangat penting buat saya? Karena saya sendiri setiap berbicara dengan lawan bicara, apalagi tidak kenal, contohnya klien, saya selalu menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Tidak harus bahasa baku, yang penting sopan menurut saya merupakan sebuah penghormatan kepada lawan bicara. Jadi saya juga menginginkan memiliki partner kerja yang mampu dan mau berbicara, baik lisan maupun ketik dengan sopan. Nggak hanya berbicara dengan saya, tapi juga saat mereka nantinya membalas pesan dari calon pembeli, mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa yang sopan sehinggak calon pembeli kita merasa dihargai dan kita terlihat bonafid kan ya?

Curhat dikit, jadi saya suka kesel kalau ada calon pembeli saat nge-chat Cuma gini, “brp?”. Ibarat kita bertamu, masak iya kita main nyelonong masuk ke dalam rumah atau kamar tanpa permisi langsung pegang barang kita dan tanya, “apa?”. Huhuhu. Sedih banget. Padahal panjang pendek ketikan kita juga pulsanya sama aja, atau bahkan gratis. Mbok ya sedikit sopan, misalnya, “Selamat malam, Mba. Tas ini harganya berapa, ya? Terima kasih.” Nah gitu kan enak. Saya pun jawab juga enak, nggak gondok, meski calon pembeli dari awal udah nggak sopan kayak gimana saya juga tetep jawab dengan bahasa yang sopan dan kadang saya jawab menurut kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik, tepat, dan benar, tapi kan beda yaaa kalau dari awal mereka menyapa kita dengan sopan kita pun dengan senang hati melayani pembeli yang sopan.

Ada juga calon pembeli yang bahasanya nggak efektif sama sekali. Contohnya, “mba”. Gitu doang. Saya tunggu beberapa saat saya kira masih mengetik, eh sampai besoknya nggak dilanjut. Trus maksudnya apa? T.T. Ada juga yang gini doang, “malam”. Kalau niat bertanya atau memberikan informasi ya sekalian aja pakai kalimat yang efektif. Atau ada juga yang ngetik panjang banget, nggak jelas intinya, malah redudancy yang bikin pusing. Saya nggak tau di zaman seperti in kenapa masih banyak kemampuan berbahasa orang-orang kok ya masih seperti itu 🙁

Mahir Menguasai Bidang yang Kita Butuhkan

Konyol aja sih kalau kita merekrut pegawai yang nggak menguasai bidang yang sedang kita butuhkan. Saya pernah juga mengalami kekonyolan tersebut gara-gara kekonyolan saya sendiri dalam merekrut pegawai. Salah saya juga sih kenapa waktu itu nggak saya tes dulu kemampuan menjahitnya. Mengapa nggak saya tes terlebih dahulu? Waktu itu memang saya bener-bener lagi butuh. Yang kedua, dia lulusan SMK jurusan tata busana ditambah dia sedang kursus jahit di salah satu tempat kursus jahit ternama di kota Kediri. Yaudah, langsung saya iyain,menurut saya udah ngga ada yang perlu diragukan lagi.

Besoknya pas udah masuk kerja saya brief beberapa teknik dasar yang saya rasa dia sudah menguasai. Just make sure. Dia sih iya iya aja. Ternyata pas udah ngerjain list yang saya berikan kerjaannya ancur sodara-sodaraaa! Mana kainnya kan mahal-mahal. Ditambah dia langsung ngerusakin mesin jahit. Aduh, saya langsung pengen nangis waktu itu saking keselnya.

Maksud saya, kalau misal nggak bisa jahitttt mbok ya ngomong dari awal. Mungkin karena dia butuh kerjaan jadi dia berusaha meyakinkan saya untuk menerimanya sebagai pegawai. Kalau udah kayak gini mau langsung diberhentikan kok ya kasian, kalau terus kerja kok malah saya yang kasihan. Akhirnya dengan berat hati tiga hari kemudian saya berhentikan si mba ini. Huhuhu.

Makanya saya nggak mau mengalami hal konyol lagi seperti itu dan sejak saat itu saya bener-bener hati-hati dalam memilih penjahit, apakah beneran mahir atau Cuma mahir-mahiran. Pffttt. Jangan ditiru ya cara merekrut pegawai seperti ini!

Bisa Bekerja Tepat Waktu

Seperti yang sudah saya ceritakan di awal bahwa saya berhenti bekerja sama dengan beberapa penjahit yang sebenarnya well-trained, jahitan bagus sekali, model apa aja bisa, tapi sayangnya nggak bisa tepat waktu. Kelihatan sepele tapi sangat merugikan. Nggak Cuma saya sebagai vendor, tapi klien saya pastinya juga rugi.

Saya sangat mengerti orang yang akan menikah, anaknya ulang tahun, maupun hajatan-hajatan lainnya pasti menginginkan sebuah gift yang spesial untuk orang-orang terdekatnya. Maunya semua serba sempurna. Dari detail bahan, desain, kemasan, model, dan lain-lain. Nah, kalau semua sudah mendekati sempurna tinggakl eksekusi si penjahit saya yang asal-asalan kan ya KZL yaaa! Pesan jauh-jauh hari agar bisa digunakan saat hari H, eh malah enak-enakan nggak dikerjain, akhirnya waktu mepet, ngerjain jadi asal-asalan. Kan kita-kita ini yang dirugiin. Mereka (si pegawai) nggak ngerti sih masalah-masalah seperti ini. Palingan juga minta maaf. Yahh minta maaf doang mana bisa nyelesaiin jahitan yang belum kelar? Misal dipotong gaji pun mereka nggak rugi-rugi amat. Saya sebagai vendor yang rugi segalanya, trus klien saya juga rugi segalanya dong. Segalanya itu apaan? Ya masak masih butuh dijelasin juga? 🙁

Jadi tolong buat yang lagi cari pegawai masalah ketepatan waktu ini bener-bener diperhatikan biar nggak merugikan semua pihak yang terlibat huhuhu.

Tidak Bolos Kerja Seenaknya

Kalau ini sih saya belum pernah ngalamin sendiri tapi para ART-nya ibuku yang suka bolosss hahaha. Mendengar keluh kesah ibuku ketika para ART-nya suka mendadak bolos kok ya kesel sendiri. Mana bolosnya tuh sebenernya nggak penting-penting amat lah menurutku. Contohnya, tetangga hajatan. Lah, yang nikah kan si tetangga, bukan dia. Kan bisa aja ‘rewang’-nya kalau udah selesai kerja. Wong ya kerja sama ibuku itu cuma setengah hari, atau paling jam 2-an siang udah beres, nggak fullday atau sampai lembur-lembur. Segitu tingginya rasa toleransi dan tenggang rasa mereka ke tetangganya :(.

Plis jangan cari pegawai yang seperti itu. Menghambat rejeki kita. Gimana nggak menghambat rejeki, ibuku beberapa kali menolak orderan catering gara-gara para ART-nya bolos. Sebelnya itu mereka bolosnya suka bareng-bareng, kan ya ibuku nggak ada yang bantuin masak-masak dan nyiapin orderan. Iya kalau orderan Cuma puluhan sih masih bisa, kalau udah ratusan ya mana sanggup.

Meski skill kerja mereka oke tapi kalau suka bolos, segera coret dari daftar deh!

Mau belajar dan Diajari Hal Baru

Dalam sebuah produksi, inovasi produk itu penting sekali menurut saya. Saya suka cari-cari inspirasi seperti apa desain yang saaat ini sedang hype. Nggak jarang juga saya mencoba beberapa hal baru dan membuat inovasi baru. Nah, kita butuh pegawai yang mau bareng-bareng belajar bersama kita saat kita ingin mempelajari dan mencoba hal baru. Kalau dapet pegawai yang pemalas, nggak mau mempelajari hal baru ya susah juga. Apa gunanya kita cari pegawai kalau pada akhirnya semua-mua kita sendiri yang ngerjain?

Mau Menerima Kritik dan Saran

Nah, saya pernah juga punya pegawai yang nggak mau dikasih tau. Nggak mau disaranin gimana teknik jahit yang benar. Gimana cara membungkus atau mengemas produk dengan rapi dan terlihat cantik. Akhirnya apa? Balik lagi saya yang ngerjain. Padahal apa susahnya cuma bungkus-bungkus gitu doang? Lagian saya juga selalu ngasih contoh dan ngajarin. Tapi ya namanya orang ‘ngeyel’ kalau diajarin mana mau nurut?

Kapan hari saya terpaksa mendedel beberapa produk karena produk tersebut nggak enak banget dilihat bentuknya. Nggak presisi ukurannya. Saya yakin ada sesuatu yang salah di dalamnya. Eh beneran dong! Ada beberapa step jahit yang kelihatannya sengaja di-skip sama si mba yang jahit. Mungkin biar cepet selesai. Tapi karena saya hafal banget dengan produk milik saya, jadi saya langsung tau dan yakin ada yang salah dengan prosesnya. Kayak gini bukan yang pertama, sih. Kan males juga ngadepin pegawai yang nggak mau dikasih tau!

Jadi, seperti itulah tips mencari pegawai berdasarkan pengalaman pahit saya yang beberapa kali gagal mempekerjakan pegawai. Memang mencari pegawai itu susah-susah gampang. Yang butuh pekerjaan itu banyak sekali, tapi yang sesuai ituuu yang susah. Doain cepet dapat pegawai-pegawai baru yang oke yaaa. Biar kerjaan saya semakin ringan dan bisa rutin ngeblog lagiii!!!

Kalau kalian, punya pengalaman pahit juga nggak dalam merekrut pegawai? Atau mungkin punya tambahan tips untuk dibagi?

Hits: 1063

Leave a Reply